Ayo Giatkan Dakwah Fardiyah!


Berikut ini kiat praktis dakwah fardiyah sebagaimana yang dipaparkan Syekh Mustafa Masyhur dalam bukunya Fiqhud
Dakwah. Kiat-kiatnya sebagai berikut:

Langkah Pertama : Berupaya untuk membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi dan
membangunnya dengan baik. Upaya ini untuk menarik simpati darinya agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima
perbincangan yang dapat diambil manfaat sehingga pembicaraan berikutnya dapat berlangsung terus. Pembinaan
hubungan dengannya dilakukan secara intens sehingga obyek dakwah mengenal orang yang mengajaknya sebagai
orang yang enak untuk berteman dan berkomunikasi.
Langkah Kedua : Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaklah tidak langsung
diarahkan pada masalah iman, namun sebaiknya berjalan secara tabi'i, seolah-olah tidak disengaja dengan
memanfaatkan moment tertentu untuk memulai mengajaknya berbicara tentang persoalan keimanan. Melalui
pembicaraan yang tabi'i persoalan yang dipaparkan akan mudah mendapatkan sambutan. Dari sambutan yang
disampaikannya mengenai beberapa hal dapat ditindak lanjuti dengan meningkatkan gairah keimanannya. Gairah
keimanan yang timbul darinya akan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dari situlah muncul perhatian
yang besar terhadap masalah-masalah keislaman dan keimanan.
Langkah Ketiga : Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa
ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Pada tahap ini perlu pula dibekali dengan bahan-
bahan bacaan dari referensi yang sederhana, seperti Dasar-dasar Islam, Prinsip-prinsip Islam (Abul 'Alaa Al Maududi)
dan lain-lainnya. Di samping bekalan bahan-bahan bacaan juga perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang baik dan
komunitas masyarakat yang shalih agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang
shalih. Mutabaah dan pemantauan dalam tahap ini memerlukan kesabaran yang tinggi sehingga dapat membimbing
perjalanannya di atas jalan dakwah dan terhindar dari faktor-faktor yang buruk.
Langkah Keempat : Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil agar memiliki kepahaman yang shahih
tentang ibadah disertai niat yang benar dan berdasarkan syara'. Pemahaman yang tidak sempit terhadap ibadah. Ibadah
bukan sebatas rukun Islam yang empat saja (shalat, puasa zakat dan haji). Akan tetapi pengertian ibadah yang luas
sehingga memahami bahwa setiap ketundukan seorang hamba pada-Nya dengan mengikuti aturan yang telah
digariskan akan bernilai ibadah.
Langkah Kelima : Menjelaskan kepada obyek dakwah bahwa keberagamaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman
diri kita sendiri. Hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban ritual, berperilaku baik dan tidak
menyakiti orang lain lalu selain itu tidak ada lagi. Melainkan keberadaan kita mesti mengikatkan diri dengan keberadaan
muslim lainnya dengan berbagai macam problematikanya. Pada tahap ini pembicaraan diarahkan untuk menyadarkan
bahwa persoalan Islam bukan urusan perorangan melainkan urusan tanggung jawab setiap muslim terhadap agamanya.
Perbincangan ini dilakukan agar mampu mendorongnya untuk berpikir secara serius tentang bagaimana caranya
menunaikan tanggung jawab itu serta menjalankan segala tuntutan-tuntutannya.

Langkah Keenam : Menjelaskan kewajiban untuk mengemban amanah umat dan permasalahannya. Kewajiban di atas
tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. Masing-masing orang secara terpisah tidak akan mampu
menegakkannya. Maka perlu sebuah jamaah yang memadukan potensi semua individu untuk memperkuat tugas
memikul kewajiban berat tersebut. Dari tahap ini obyek dakwah disadarkan tentang pentingnya amal jama'i dalam
menyelesaikan tugas besar ini.
Langkah Ketujuh : Menyadarkan padanya tentang kepentingan sebuah jamaah. Pembicaraan ini memang krusial dan
rumit sehingga memerlukan hikmah dan kekuatan argumentasi yang meyakinkan. Oleh karena itu harus dijelaskan
padanya bahwa bergabung dengan sebuah jamaah harus meneliti perjalanan jamaah tersebut. Jangan sampai terburu-
buru untuk menentukan pilihan terhadap sebuah jamaah yang akan dijadikannya sebagai wahana merealisasikan dasar-
dasar Islam.
Demikianlah langkah-langkah dalam melaksanakan dakwah fardiyah sebagaimana yang dijelaskan oleh syekh Mustafa
Masyhur. Selamat mengamalkan, semoga Allah SWT. memudahkan kita membimbing manusia ke jalan-Nya. Amin.
sumber : http://kaderisasi.pks.or.id/?op=isi&id=120 Selengkapnya...

KAMUS Dept. Keputrian


KAMUS (Kajian Muslimah) LDK SALMAN UNM.
Sebuah sarana penambah kafaah keislaman terkhusus buat muslimah yang rindu akan kejayaan Dakwah Islamiah.
KAMUS merupakan agenda rutin dari Departemen Keputrian LDK SALMAN UNM (koord. Ukhti Nayah) yang dilaksanakan setiap hari jumat pkul 11.30.
Bagi yang mau ikutan ...hubngi ukhti Nayah. Selengkapnya...

Baliho FSLDKD Sul-Selbar






Bismillahirrahmanirrahim.

Segalah puji hanya bagi Allah semata. Yang telah memberi kita napas panjang hingga kembali kita kembali mensyiarkan kehadiran diri ini. Kehadiran para pemuda militan dalam mensyiarkan dakwah ini. "Akselerasi peran sebagai wujud kemandirian lembaga dakwah kampus dalam menjawab permasalahan ummat", adalah tema yang di angkat pada acara FSLDKD IV tahun 2009. Yang Insya Allah dilaksanakan dari tgl 29-31 mei 2009.
Salawat dan Taslim senantiasa kita haturkan kpd teladan kita Muhammad Saw. Dia, telah mengajarkan kita sebuah risalah Allah yaitu Agama Islam. Dan mewarisi kita semangat jihad yang tak pernah padam, hingga hari akhir menjemput kita.
Ikhwah wa akhwat fillah.
Jadikan moment ini untuk kembali mempertegas keberadaan syiar kita di Kampus. Sebagai representatif kekhalifahan kita sebagi pengembang dakwah kampus ini.
Mari, beri semangat kpd saudara kita di UKM Al-Jami UIn Alauddin
Sebagai tuan rumah dan pelaksana FSLDKD IV.
Semoga kerja-kerja dakwah yang dilakukan menjadi limpahan pahala di akhirat kelak.
Terakhir...
Tetap semangat, kobarkan semangat jihadmu.
Mari, kepalkan tanganmu, luruskan pandanganmu, kuatkan zikirmu
kemudian, teriakkan
Allahu akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
LDK SALMAN UNM, beserta seluruh staff.
Wallahu a'lam bishowab.
Design by:Koord. Dept. Media LDK SALMAN UNM beserta crew.
(Muhammad Yusuf As-shafy) Selengkapnya...

KISAHKU

Teladan dari Dua Umar

Mendengar kata kata sang Badui, Umar bersumpah tidak akan memakan lemak sampai semua orang hidup seperti biasa. Ucapannya benar benar dibuktikan. Kata-katanya diabadikan sampai saat ini, "Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya...
----------
Umar bin Abdul Aziz membersihkan kedua tangannya. la berdiri. Di depannya nampak makam Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayyah sebelumnya. Berdasarkan wasiat al marhum, Umar bin Abdul Aziz menduduki jabatan khalifah. Baru saja Umar bangkit berdiri, tiba-tiba ia mendengar suara riuh. "Ada apa?", tanya Khalifah kedelapan Bani Umayyah itu heran.

"Ini kendaraan Anda, wahai Amirul Mukminin," ujar salah seorang sambil menunjuk sebuah kendaraan mewah yang khusus disiapkan untuk sang khalifah.

Dengan suara gemetar dan terbata bata karena kelelahan dan kurang tidur, Umar berkata, "Apa hubungannya denganku? Jauhkanlah kendaraan ini. Se¬moga Allah memberkahi kalian." Lalu ia berjalan ke arah seekor keledai yang menjadi tunggangannya selama in!

Baru saja ia duduk di atas punggung hewan itu, serombongan pengawal datang berbaris mengawal di belakangnya. Di tangan masing masing tergenggam tombak tajam mengkilat. Mereka siap menjaga sang
khalifah dari marabahaya.

Melihat keberadaan pasukan itu, Umar menoleh heran dan berkata, "Aku tidak membutuhkan kalian. Aku hanyalah orang biasa dari kalangan kaum Muslimin. Aku berjalan pagi hari dan sore hari sama seperti rakyat biasa."

Selanjutnya, Umar berjalan bersama o¬rang prang menuju masjid. Dari segala penjuru orang orang pun berdatangan. Ketika mereka sudah berkumpul, Umar bin Abdul Aziz berdiri. Setelah memuji Allah dan ber¬shalawat pada Nabi dan para sahabatnya, ia berkata, 'Wahai manusia, sesungguhnya aku mendapat cobaan dengan urusan ini (khilafah) yang tanpa aku dimintai persetujuan terlebih dulu, memintanya atau pun ber¬musyawarah dulu dengan kaum Muslimin. Sesungguhnya, aku telah melepaskan baiat yang ada di pundak kalian untukku. Untuk selanjutnya silakan pilih dari kalangan kalian sendiri seorang khalifah yang kalian ridhai.'

Mendengar ucapannya itu, orang orang pun berteriak dengan satu suara, "Kami telah memilihmu, wahai Amirul Mukminin. Kami ridha terhadapmu. Aturlah urusan kami dengan karunia dan berkah Allah.'

Banyak hal yang bisa kita teladani dari sikap hidup Umar bin Abdul Aziz. Selain sikap zuhud dan kesederhanaan, kita juga belajar wara' (menjauhi syubhat). Kisah dirinya ketika memadamkan lampu minyak saat menerima kedatangan anaknya, diabadikan oleh sejarah. la tak mau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi atau keluarga.

Kits bandingkan dengan sikap pemimpin saat ini. Sulit membedakan mana harta mereka pribadi dan mana milik pemerintah. Berapa banyak para pejabat yang tetap menggunakan fasilitas negara saat kampanye yang nota bene untuk kepentingan sendiri.

Begitu pun setelah mereka berkuasa. Bahkan, mereka yang selama ini dikenal dekat dengan rakyat menjadi jauh. Akibatnya, mereka sendiri merasa tidak aman. Kemana pun pergi selalu dijaga ketat oleh para pengawal.

Kenyataan ini akan sangat bertolak belakang jika kita tengok jauh lagi ke belakang. Pada akhir abad 17 Hijriyah, misalnya. Saat itu kaum Muslimin sebenarnya sedang menikmati kemenangan pasukan mereka di Irak dan Syam. Namun di tengah kegembiraan itu, mereka dikejutkan oleh datangnya musim kemarau berkepanjangan. Selama sembilan bulan hujan tak turun. Bumi gersang dan penuh debu. Hewan dan tanaman menjadi korban.

Kondisi Madinah tak terlalu buruk. Di bawah pemerintahan Umar bin Khaththab, Khalifah Kedua setelah Rasulullah saw wafat, penduduk Madinah dibiasakan menyimpan makanan. Akibatnya, dari berbagai daerah masyarakat datang berbondong bondong, mengungsi di kota Nabi itu. Selama beberapa saat Madinah bisa bertahan. Tapi lama kelamaan penduduknya makin tertekan. Mereka mulai kekurangan bahan makanan. Lalu apa yang dilakukan Umar bin Khaththab kala itu?

Ketika kelaparan mencapai puncaknya, Umar pernah disuguhi remukan roti yang dicampur samin. Umar memanggil seorang Badui dan mengajaknya makan bersama. Umar tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum Badui itu melakukannya lebih dahulu. Orang Badui sepertinya benar benar menikmati makanan itu. "Agaknya, Anda tak pernah mengenyam lemak?" tanya Umar.

"Benar," kata Badui itu. "Saya tak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun. Saya juga sudah lama tidak menyaksikan orang orang memakannya sampai sekarang,” tambahnya.

Mendengar kata kata sang Badui, Umar bersumpah tidak akan memakan lemak sampai semua orang hidup seperti biasa. Ucapannya benar benar dibuktikan. Kata-katanya diabadikan sampai saat ini, "Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku kekenyangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya," ujar Umar.

Padahal, saat itu Umar bisa saja menggunakan fasilitas negara. Kekayaan Irak dan Syam sudah berada di tangan kaum Muslimin. Tapi tidak. Umar lebih memilih makan bersama rakyatnya.

Kita diberikan pelajaran sangat berharga oleh dua Umar. Dengan meneladani kehidupan dua khafrfah itu, para pemimpin akan merasakan penderitaan rakyat. Perasaan inilah yang akan melipatgandakan perjuangannya. Bagaimana mungkin seorang pemimpin akan bisa berjuang kalau ia sendiri tak merasakan apa yang dirasakan rakyatnya. Sikap zuhud dan kedekatan dengan rakyat ini akan menenteramkan masyarakat. Kedekatan pada rakyat akan melahirkan kecintaan. Bayangkan dengan diri Rasulullah saw. Bagaimana mungkin rakyat tidak dekat dengannya kalau menjelang ajal pun beliau masih menyebut nyebut, "Ummati, ummati, ummati (umatku, umatku, umatku)." Kepedulian Rasulullah saw pada umatnya nyaris tak berbalas.

Kecintaan inilah yang akan menciptakan rasa aman. Kedekatan dengan rakyat berbanding lurus dengan tingkat kenyamanan seorang pemimpin. Semakin dekat dirinya dengan rakyat, semakin tinggi juga tingkat rasa aman dirinya. Inilah yang menjelaskan mengapa kedua Umar, baik Umar bin Abdul Aziz maupun Umar bin Khaththab tak pernah mau dikawal. Mereka tak memerlukan pengawal karena merasa dirinya aman. Mereka terbiasa berkeliling di tengah gelapnya malam. Mereka juga biasa tidur tiduran di tempat umum. Tak ada rasa takut dan khawatir dalam diri mereka. Penyebabnya: mereka berlaku adil, bersih, dekat dengan rakyat, maka rakyat pun mencintainya.

[Sabili] Selengkapnya...

Jaket 2



Desai jaket ke dua. Pilih Mana? Akwat wa ikhwatifillah ini desai jaket ke dua . Untuk memilih desai mana yg di suka dari desai jaket sebelumnya kita krim ke as_shafy@yahoo.com Selengkapnya...

Paradigma Dakwah Kampus


Paradigma Dakwah Kampus
Bagaimana gambaran besar seluruh ruang lingkup dakwah kampus ?

Saya akan memapaparkan mengenai paradigma untuk memandang apa saja yang berada dalam lingkup dakwah kampus dengan panduan matriks diatas. Secara garis besar ada empat bidang utama yang perlu dipenuhi dalam dakwah kampus ini, yakni ; (1) kaderisasi, (2) syiar dan pelayanan, (3) sosial kemasyarakatan, dan (4) akademik dan profesi. Keempat ini perlu dipenuhi secara bersamaan agar dakwah kampus yang dilakukan di kampus Anda dapat berjalan secara optimal.Dakwah kepada mahasiswa memang menjadi sasaran utama dakwah kampus, akan tetapi pada tahap lebih lanjut dakwah kampus ternyata melingkupi seluruh civitas akademika di sebuah perguruan tinggi, bahkan lingkup masyarakat luas. Peran sentral mahasiswa yang mampu melakukan mobilisasi secara horizontal dan vertikal menjadi alasan utama mengapa dakwah kampus dipandang sebagai dakwah yang sangat luas.
Kaderisasi
Pembinaan dan pembentukan seorang yang berkepribadian Islam adalah lingkup pertama dari dakwah kampus. Banyak kader yang menganggap lembaga dakwah adalah lembaga kaderisasi, memang itu adanya, dan pendapat itu sangat benar. Sebagai sebuah lembaga dakwah memang dituntut untuk dapat memberikan asupan ilmu yang cukup bagi kadernya. Dengan berbasiskan profil kader yang diharapkan dapat terbentuk.
Porsi dari kaderisasi dalam sebuah lembaga dakwah sangat besar, karena peran kader dalam dakwah ada sebagai sumbu putar bagi roda dakwah, semakin solid dan militan seorang kader dakwah, akan berdampak pada lebih kuat dan cepatnya perputaran agenda dakwah yang ada.
Pola pembinaan yang baik akan membentuk manusia unggul dan manusia unggul akan selalu dapat memperbaiki pola pembinaan yang ada untuk membentuk manusia lebih unggul lainnya dimasa yang akan datang. Berhubung kita juga ingin melihat masa depan dakwah yang lebih cerah dan berkembang, maka kader yang dibentuk ini, tidak hanya dapat bermanfaat bagi dirinya dan umat di masa kini, akan tetapi ia juga harus bermanfaat bagi masa depan dirinya dan perbaikan masa depan organisasi dakwah yang membinanya.
Karakter seorang muslim yang ideal bisa menjadi parameter dari capaian proses kaderisasi yang dijalankan. Bentuk dari agenda kaderisasi yang dijalankan dapat dengan metode yang variatif dan memiliki koridor kurikulum yang tegas. Basis pembinaan yang dibentuk dalam sebuah lembaga dakwah kampus akan sangat menentukan kemampuan sebuah lembaga dakwah untuk memenuhi lingkup dakwah kampus yang lainnya.
Syiar dan Pelayanan
Syiar adalah proses menyampaikan risalah Islam kepada banyak umat manusia. Syiar ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyemarakkan sebuah lingkungan dengan nilai Islami. Syiar juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian pesan kepada objek dakwah. Sedangkan pelayanan adalah sebuah mekanisme memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang dengan harapan seseorang dapat merasa nyaman dan tenang di sebuah lingkungan.
Syiar dan pelayanan yang dilakukan dalam dakwah kampus juga akan berkutat pada definisi yang ada. Dimana syiar Islam yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus diharapkan dapat berperan besar dalam transformasi masyarakat di sebuah kampus. Syiar Islam yang baik adalah ketika syiar ini mampu menjadi trendsetter dari sebuah lingkungan. sebagai contoh, ajakan untuk tilawah rutin di sebuah lingkungan kampus, parameter keberhasilannya adalah semakin banyak orang dalam lingkungan tersebut yang tilawah dan ada perasaan aneh bagi seseorang dalam lingkungan tersebut jika tidak rutin tilawah. Karena syiar ini berperan juga sebagai alat propaganda nilai dan corong opini. Harapannya memang syiar yang dilakukan dapat mencerahkan sebanyak mungkin objek dakwah, agar semakin banyak objek dakwah yang bersedia untuk mendalami Islam lebih lanjut.
Pelayanan dalam bahasa dakwah adalah mencoba memberikan sebuah pelayanan dengan harapan mendapatkan kepercayaan dari objek dakwah. Bentuk pelayanan di kampus sangat banyak, saya akan memebri contoh hal yang sederhana, seperti ; (1) jadwal imsakiyah , (2) informasi beasiswa, (3) konsultasi karir masa depan,dan (4) pelatihan entrepreneurship. Empat contoh sederhana ini adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai objek dakwah kita. memang terkadang pelayanan yang diberikan tidak berhubungan langsung dengan transfer nilai Islam, akan tetapi meraih kepercayaan objek dakwah adalah sebuah langkah penting yang perlu ditempuh untuk mendapatkan simpati objek dakwah. Ketika seorang merasa terlayani kebutuhannya oleh lembaga dakwah, ia bisa jadi tercerahkan untuk hadir dalam agenda dakwah yang dilakukan.
Akademik dan Profesi
Dakwah kampus juga perlu memikirkan mengenai kompetensi akademik seorang kader, karena berhubungan langsung dengan tujuan dakwah kampus ; suplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam, alumni yang akan di suplai bukanlah alumni yang tidak berkompeten, ia tidak cukup hanya memiliki afiliasi terhadap Islam, ia diharapkan memiliki kelebihan kompetensi yang memungkinkan dirinya untuk berkontribusi bagi masyarakat. kompetensi inilah yang perlu ditempa oleh dakwah kampus terhadap kader dan simpatisanya. Pemberian tutorial sejak dini, penjagaan IPK kader, bimbingan karir sejak tingkat 2, persiapan pasca-kampus sejak awal tingkat 4 adalah contoh bentuk aplikasi dari lingkup kompetensi akademik ini.
Selain itu kader dan simpatisan dapat berkompetisi dalam lomba akademik yang ada, keberhasilan mereka dalam perlombaan ini akan berdampak pada positifnya citra dari dakwah itu sendiri. Untuk kampus yang sudah lama bergulir dakwahnya, maka dakwah ke dosen juga bisa menjadi tujuan. Dengan adanya dosen yang berpengaruh dan mendukung dakwah kampus, akan menjadi keutungan tersendiri bagi dakwah yang Kita lakukan.
Sosial Kemasyarakatan
Dakwah kampus juga harus melatih kadernya untuk peduli pada masyarakat. kepedulian ini tidak hanya dalam bentuk bakti sosial yang eksidental, akan tetapi tetap pada jalur perjuangan mahasiswa yang selalu bersama rakyat. Perjuangan ini bisa dalam bentuk yang lebih real dan kontinyu, seperti rumah belajar untuk anak miskin, pusat ketrampilan kerja, BMT, atau koperasi simpan pinjam untuk membantu modal masyarakat dalam berusaha. Menjadi corong opini keresahan masyarakat, seperti isu pornografi, aliran sesat, perjudian, dan isu moral lain. Dakwah kampus diharapkan dapat berperan untuk memenuhi peran ini dengan baik. Jangan sampai dakwah kampus hanya berkutat pada permasalahan internal yang tidak kunjung selesai, akan tetapi keterlibatan dakwah kampus dalam menunjang kehidupan masyarakat adalah sebuah harapan tersendiri dari masyarakat. Ingat ! berjuta rakyat menanti uluran tanganmu. Selengkapnya...


Pers kampus
PENGERTIAN
Pers Kampus adalah berkala yang diterbitkan oleh mahasiswa untuk mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Karenanya, Pers Kampus sering pula disebut “Pers Mahasiswa”.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, Pers Kampus dinamakan Student Newspapers (Suratkabar atau Koran Mahasiswa) atau Student Publications (Penerbitan Mahasiswa), bukan Campus Press karena istilah Pers Kampus sebenarnya mencakup berbagai penerbitan yang ada di lingkungan kampus, seperti majalah ilmiah yang diterbitkan pihak universitas atau fakultas, buku-buku teks, dan diktat materi perkuliahan.
Di Indonesia, yang dimaksud Pers Kampus adalah media massa yang dikelola oleh mahasiswa di sebuah kampus perguruan tinggi, baik berupa majalah, jurnal, buletin, maupun suratkabar. Pangsa pasarnya atau target pembacanya adalah kalangan mahasiswa juga.
Sayangnya, sejauh ini belum muncul sebuah produk Pers Kampus yang bermutu baik sehingga dijadikan “bacaan wajib” para mahasiswanya dan menjadi rujukan orang luar kampus jika ingin mengetahui perkembangan dan dinamika sebuah kampus perguruan tinggi. Penyebabnya, banyak pengelola Pers Kampus yang belum memahami hakikat medianya yang elitis, pembacanya yang relatif homogen (mahasiswa), dan dapat menjadi “humas” kampusnya dalam berinteraksi dengan dunia luar kampus.
Karena itu, untuk dapat mengelola sebuah Pers Kampus, mutlak diperlukan pemahaman tentang hakikat Pers Kampus itu sendiri yang berbeda dengan pers umum (non-kampus).
KARAKTERISTIK
Karena lahir dari mahasiswa, dikelola oleh mahasiswa, dan target utama pembacanya mahasiswa juga, maka karakteristik utama Pers Kampus adalah elitis. Tegasnya, Pers Kampus masuk kategori Elite Papers. Visi, misi, dan isinya ditujukan untuk kepentingan mahasiswa juga atau seluruh sivitas akademika, jangan diarahkan menjadi pers umum.
Profil mahasiswa sebagai kaum intelektual harus tercermin dalam Pers Kampus, yakni ilmiah, objektif, rasional, kritis, dan tidak menjadi koran gosip (gossip journalism) apalagi berwujud koran kuning (gutter journalism, yellow papers).
Pers Kampus juga harus mampu mencerminkan sosok mahasiswa sebagai agent of change dan bebas dari vested interest pihak tertentu.
Pakar jurnalistik dari Universitas Stanford, William L. Rivers, sebagaimana dikutip Assegaf (1985:104), mengemukakan karakteristik ideal sebuah Pers Kampus sebagai berikut:
1. Harus mengikuti pendekatan jurnalistik yang serius (must be approached as a serious work of journalism).
2. Harus berisikan kejadian-kejadian yang bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya (It should report and explain newsworthly events in the life of the institution).
3. Harus menjadi wadah bagi penyaluran ekspresi mahasiswa (provide medium for student expression).
4. Haruslah mampu menjadi pers yang diperlukan oleh komunitas kampusnya (It should make itself indispensable to the school community).
5. Tidak boleh menjadi alat klik atau permainan yang memuaskan kelompok kecil di kampus (It can’t be a clique operation a toy for the amusement of a small group).
6. Harus dapat memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi (Serve the purpose of mass communications).
ISI PERS KAMPUS
Dari karakteristik tadi, dapat disimpulkan, Pers Kampus harus lebih tinggi derajatnya ketimbang pers biasa (umum) dan benar-benar beguna bagi lingkungannya. Agar berguna dan dibutuhkan, maka Pers Kampus haruslah mampu memenuhi rasa ingin tahu (curiousity) mahasiswa yang menjadi pembacanya.
Tegasnya, isi Pers Kampus harus menyangkut kepentingan civitas akademika, utamanya mahasiswa, misalnya tentang:
1. Perkembangan sains dan teknologi.
2. Sistem pendidikan baru,
3. Penelitian.
4. Sumber dana penelitian.
5. Beasiswa.
6. Kehidupan sekitar kampus atau mahasiswa (Assegaf, 1985:105).
MEDIA DAKWAH
Para mahasiswa Muslim dapat menjadikan Pers Kampus sebagai media dakwah, tepatnya media dakwah dengan pena atau tulisan (da’wah bil qolam). Untuk menjadikannya sebagai media dakwah, maka visi dan misi yang diemban pengelola Pers Kampus hendaknya jurnalistik Islami.
Jurnalistik Islami adalah dapat dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam kepada khalayak melalui media massa.
Dapat juga jurnalistik Islami dimaknai sebagai “proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat muatan dan sosialisasi nilai- nilai Islam”. Dengan demikian, jurnalistik Islami dapat dikatakan sebagai crusade journalism, yaitu jurnalisme yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, dalam hal ini nilai-nilai Islam.
Jurnalistik Islami pun bernafaskan jurnalisme profetik, suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual, tetapi juga memberikan interpretasi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nila-nilai dan cita Islam (M. Syafi’i Anwar, 1989:166).
Jurnalistik Islami, dengan demikian, mengemban misi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, sebagaimana firman Allah SWT,
“Dan hendaklah ada sebagian di antara kamu sekelompok orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf, dan mencegah yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S. 3:104).
Jadi, jurnalistik Islami adalah upaya da’wah Islamiyah juga. Karena jurnalistik Islami bermisi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, maka ciri khasnya adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia berpesan (memberikan message) dan berusaha keras untuk mempengaruhi komunikan (khalayak, massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.
PERANAN
Setidaknya ada lima peran media dakwah, baik di lingkungan kampus maupun nonkampus atau keduanya:
1. Sebagai Pendidik (Muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Ia harus lebih menguasai ajaran Islam daru rata-rata khalayak pembaca. Lewat media massa, ia mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ia memikul tugas mulia untuk mencegah umat Islam dari berperilaku yang menyimpang dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa non-Islami yang anti-Islam.
2. Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para jurnalis Muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu jurnalis Muslim dituntut mampu menggali –melakukan investigative reporting– tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia. Peran Musaddid terasa relevansi dan urgensinya mengingat informasi tentang Islam dan umatnya yang datang dari pers Barat biasanya biased (menyimpang, berat sebelah) dan distorsif, manipulatif, alias penuh rekayasa untuk memojokkan Islam yang tidak disukainya. Di sini, jurnalis Muslim dituntut berusaha mengikis fobi Islam (Islamophobia) yang merupakan produk propaganda pers Barat yang anti-Islam.
3. Sebagai Pembaharu (Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam). Jurnalis Muslim hendaknya menjadi “jurubicara” para pembaharu, yang menyerukan umat Islam memegang teguh al-Quran dan as-Sunnah, memurnikan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya (membersihkannya dari bid’ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme asing non-Islami), dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat.
4. Sebagai Pemersatu (Muwahid), yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi [both side information] harus ditegakkan. Jurnalis Muslim harus membuang jauh-jauh sikap sektarian yang baik secara ideal maupun komersial tidaklah menguntungkan (Jalaluddin Rakhmat dalam Rusjdi Hamka & Rafiq, 1989).
5. Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang-pembela Islam. Melaui media massa, jurnalis Muslim berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakkan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif dan rahmatan lil’alamin, serta menanamkan ruhul jihad di kalangan umat. Wallahu a’lam.
By ASM. Romli/Romel. Rujukan/Bahan Telaah Lebih Dalam: ASM. Romli, Jurnalistik untuk Pemula Cet. VI (Rosda 2005); ASM. Romli, Jurnalistik Dakwah (Rosda 2004), dan Jurnalistk Terapan (Batic Press 2005).* Selengkapnya...

Hudzaifah.org - Dakwah Kampus merupakan salah satu bagian dari dakwah secara umum. Dakwah kampus mengkhususnya dirinya untuk bergerak dalam sebuah miniatur masyarakat kecil yang bernama masyarakat kampus. Oleh karena itu dalam menjalankan roda dakwahnya, Dakwah Kampus memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan dakwah di wilayah lain. Dengan kata lain, pola Dakwah Kampus tentu akan berbeda dengan pola di Dakwah Remaja Masjid, atau pada Dakwah di Perkantoran, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebelum kita lebih jauh membicarakan mengenai bagaimana rincian pola dan strategi dakwah kampus, maka perlu
kita pahami dahulu apa definisi dasar dari Dakwah Kampus.

Definisi Dakwah Kampus

Dakwah Kampus adalah dakwah ammah harokatudz dzahiroh dalam lingkup
perguruan tinggi. Dakwah yang sifatnya terbuka, berorientasi kepada rekrutmen dakwah di kalangan civitas akademika secara umum, dan aktivitasnya dapat dirasakan oleh civitas akademika. Civitas akademika yang dimaksud di sini adalah para mahasiswa dan dosen perguruan tinggi. Civitas akademika merupakan bagian dari masyarakat kampus yang hidup dengan peraturan, ada peraturan kampus (rektorat), peraturan ormawa, dan sebagainya. Sehingga untuk dapat mengejewantahkan dakwah ammah harokatudz dzahirah tersebut, maka prinsip 'legal', 'formal', dan 'wajar' dalam kacamata civitas akademika, menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Dakwah Kampus. Salah satu derivasi dari hal ini, maka biasanya sebuah lembaga dakwah kampus perlu membuat AD/ART sebagai bagian dari bentuk legalisasi organisasi dakwah kampus di sebuah perguruan tinggi.

Untuk menjalankan roda Dakwah Kampus, maka dibutuhkan personil-personil, yaitu Aktivis Dakwah Kampus (ADK). ADK adalah kader dakwah dan tarbiyah yang memiliki peran dalam Dakwah Kampus. Peran yang dilakukan bisa berupa sebagai pengurus lembaga dakwah kampus, murobbi kampus, dan sebagainya. Peran ADK ini bisa dijalankan oleh kader dakwah yang bertitel mahasiswa, atau dosen, atau kader dakwah lainnya yang bersinggungan dengan Dakwah Kampus. Mereka harus dapat bergerak bersama-sama dalam koridor strategi dakwah kampus yang bersangkutan.

Sebagaimana telah diungkapkan di atas, dalam pergerakannya dakwah kampus memiliki medan tersendiri. Medan pergerakan dakwah kampus adalah area di mana dakwah kampus mengaktualisasikan diri. Medan Dakwah Kampus yaitu lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dakwah kampus, meliputi manusia-manusianya (para civitas akademika, pejabat dan pegawai kampus, alumni), sarana-sarananya (lembaga kemahasiswaan, institusi perguruan tinggi, institusi pemerintah terkait, institusi kerjasama antar perguruan tinggi), dan aturan main yang berlaku (peraturan perundangan terkait, kurikulum dan sistem administrasi perguruan tingggi), serta sarana dan prasarana kampus.

Dan yang terakhir dalam kajian ini adalah tujuan Dakwah Kampus, terakhir dan sangat penting. Karena tujuan dakwah kampus harus selalu menjadi satu hal yang terus diingat oleh para ADK, agar mereka tahu ke mana arah dakwah kampus berjalan.

Tujuan Dakwah Kampus

Tujuan utama dari Dakwah kampus adalah adanya suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam, dan optimalisasi peran kampus dalam upaya mentransformasi masyarakat menuju masyarakat Islami. Derivasi dari hal ini maka peran tarbiyah kampus yang berkesinambungan - untuk menghasilkan alumni-alumni yang berafiliasi kepada Islam - menjadi sangat penting. Derivasi lainnya, lembaga dakwah kampus perlu secara bertahap menjadi lembaga dakwah kampus yang matang, agar dapat memainkan perannya di perguruan tinggi yang bersangkutan untuk dapat mengusung perubahan. Mengenai tahapan dakwah kampus ini perlu kajian tersendiri.

Sasaran Dakwah Kampus

Untuk mencapai tujuan di atas, ada beberapa sasaran antara yang harus dicapai terlebih dahulu. Sasaran tersebut antara lain:

1. Terbentuknya bi’ah (lingkungan) yang kondusif bagi kehidupan Islami di kampus, baik dalam sisi moral, intelektual, maupun tanggungjawab sosial. Kita tahu bahwa kampus adalah lingkungan yang heterogen. Ketika berinteraksi di dalamnya, maka butuh kekuatan untuk menjaga idealisme dengan tetap memperhatikan realitas. Hal ini berarti dakwah kampus memerlukan sebuah lingkungan kecil yang senantiasa dapat terus men-charge ruhiyah para ADK di tengah-tengah aktivitasnya di kampus. Sarana untuk itu adalah tarbiyah yang berkesinambungan untuk para ADK dan yang didakwahkannya.

2. Terbentuknya opini ketinggian Islam di kalangan kampus. Oleh karena itu syiar dalam mengkampanyekan kemuliaan Islam harus terus dilakukan secara rutin. Sarana-sarana syiar untuk ini cukup banyak, misalnya majalah, perpustakaan, peringatan hari besar Islam, tabligh akbar, dan sebagainya. Barangkali bisa kita diskusikan mengenai hal ini dalam kajian tersendiri.

3. Terbentuknya kesinambungan barisan pendukung dakwah. Untuk itu, tarbiyah yang berkesinambungan di setiap angkatan mahasiswa harus dipastikan berjalan. Ini membutuhkan sebuah lajnah yang dapat mengawasi itu dalam jangka panjang.

4. Terbentuknya hubungan timbal balik yang sinergis antara dakwah ammah dengan pengkaderan. Artinya, semua rekrutmen-rekrutmen dakwah diupayakan dapat dilanjutkan dengan proses dakwah secara khusus terhadap orang-orang yang direkrut tersebut.

Demikian kajian singkat mengenai definisi dasar dan tujuan dakwah kampus. Semoga dapat menjaga orisinalitas dakwah kampus di tengah-tengah proses perubahan yang semakin cepat. (hdn) Selengkapnya...


Assalamu Alaikum Bagi Akhwat dan ikwatifillah...segera dapatkan jaket LDK SALMAN UNM Rp 85.000. Pemesanan dpat menghubungi Akh Yusuf (0411 5249644), akh Hasrullah081933969484 atau Ukhti Nayah 085255855201. Untuk lebih lengkapanya lihat di sainnya di atas. Ayo buruan....!!!!! Selengkapnya...